Friday, November 21, 2008

Hanya Islam yang memerdekakan Negeri ini

Dr. Mohammad Natsir seorang Ulama besar yang diakui dunia, da'i, pendidik dan politisi ulung yang mempersatukan negara-negara boneka buatan kolonial Belanda dengan mosinya yang terkenal, Mosi Integral Natsir menjadi Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI). Mosi yang disebut-sebut sebagai proklamasi kemerdekaan Indonesia yang kedua setelah proklamasi 17 Agustus 1945. Akhirnya dipercaya menjadi Perdana Menteri pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan di tiga kabinet yang berbeda masa Soekarno. Dimana menurut pengakuan Bung Hatta, Bung Karno tidak pernah mau menandatangani surat-surat pemerintah jika tidak disusun oleh Natsir.


KH. Abdul Halim Ulama kharismatik asal Majalengka Jawa Barat – penulis sendiri lahir dan besar di kota yang sama merasakan kharisma beliau yang begitu kuat pada masyarakat setempat – melahirkan banyak para pejuang kemerdekaan dengan metode pendidikannya yang khas.


Inggris tidak bisa membendung kegigihan Arek Arek Soeroboyo, akhirnya mengeluarkan pengumuman "Genjatan Saja. baca : Lihat Galeri "Battle of Surabaya"

Mari kita kembali ke awal. Lalu apa pentingnya gelar pahlawan Nasional tersebut? Buat mereka bertiga tentu sangat tidak penting.Karena mereka adalah pahlawan dalam arti yang sebenarnya yakni yang berjuang ikhlas hanya berharap pahala dari Allah swt (pahala-wan). Karena faktor keikhlasan itulah setelah kemerdekaan diraih para kyai, ulama dan santri itu kembali melanjutkan amal mereka di sawah, lading, pesantren dan lain-lain. Sementara pemerintahan akhirnya diisi oleh mereka yang tidak ikut berjuang atau ikut berjuang tapi tidak cinta Islam

Para pejuang kemerdekaan berjuang atas motivasi mempertahankan aqidah dan memperjuangkan agama Allah di bumi ini. Maka ketika adanya penjajahan yang otomatis akan merusak aqidah, umat Islam bangkit melawan. Jelas benar bahwa pejuang kemerdekaan seluruhnya adalah kaum muslimin tidak yang lain. Hanya umat Islamlah yang memerdekakan Negeri ini dari penjajahan. Karena buat kaum muslimin saat itu perjuangan kemerdekaan adalah jihad fi sabilillah. Mereka sangat menyadari bahwa akan tetapi hidup di sisi Allah sekalipun syahid di medan perang. Allah swt berfirman, “Laa tahsabanna ladziina qutiluu fii sabiilillahi amwaatan bal ahyaaun ‘inda Robbihim yurzaquun…” (Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup di sisi Rab mereka dengan diberi rezeki…)

Maka tidak lain dan tidak bukan, Islamlah yang memerdekakan Negeri ini. Seluruh pejuang kemerdekaan beragama Islam. Menurut penelitian Guru Besar Sejarah UNPAD Prof. Dr. Ahmad Mansur Suryanegara; tokoh pejuang kemerdekaan asal wilayah timur Nusantara Thomas Mattulesy ternyata bernama Muhammad atau Ahmad Lesy seorang muslim. Kenapa demikian, karena wilayah timur Indonesia dari dulu sampai saat ini komposisi muslim dan non-muslim seimbang bahkan pada awalnya hanya ada Islam. Tidak benar jika dikatakan bahwa wilayah timur mayoritas non muslim. Bahkan Islamlah yang pertama kali menapakkan kaki di wilayah tersebut. Kata ‘Maluku’ sendiri diambil dari bahasa muluk (Raja-Raja), wilayah maluku saat ini dan Papua awalnya dikuasai dan diperintah oleh para Raja Islam (Sultan) sebelum akhirnya datang misionaris-misionaris Kristen yang mempertahankan adat dan tradisi jahiliyyah di wilayah tersebut. Sehingga upacara-upacara kemusyrikan dan pakaian yang tidak syar’i dipertahankan dengan dalih pelestarian budaya.


Kegiatan Dakwah "Majelis Muslim Papua"


Prosesi massal "Syahadat" para Mualaf

Tragisnya ternyata hal itu dilanjutkan secara legal oleh pemerintah kita hingga detik ini. Padahal, menurut para Da’i Dewan Da’wah yang bertugas di sana termasuk Ustadz Fadhlan Garamatan seorang Da’i putra asli daerah, warga Papua-contohnya-sebenarnya malu dan tidak ingin lagi memakai koteka. Namun demi pelestarian budaya daerah, pemerintah tetap mantap dalam pembodohan struktural terhadap rakyatnya tersebut. Ustadz Fadhlan menggambarkan betapa warga pedalaman Papua begitu senang bisa mandi menggunakan sabun sebelum mereka di syahadat-kan. Sebelumnya mereka mandi dengan melumuri badannya dengan minyak babi atas petunjuk para misionaris Kristen.

Raja Sisinga Mangaraja juga adalah muslim yang taat. Menurut Ahmad Mansur Suryanegara, tidak benar kalau raja Sisinga Mangaraja adalah penganut agama leluhur tapi dia adalah seorang muslim yang taat. Termasuk para pejuang Nasional yang kita kenal, mereka semuanya muslim. Pangeran Diponegoro adalah Ustadznya Istana dan para penasihatnya adalah para Kyai. Imam Bonjol, Cut Nyak Dien dan lain-lain semuanya adalah para ulama dan santri.

Konsekuensinya umat-umat yang lain khususnya umat Kristiani tidak punya andil sama sekali dalam perjuangan kemerdekaan. Umat Kristiani tidak mungkin akan bangkit berjuang melawan penjajah. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi sementara agama yang dianutnya dengan agama para penjajahnya sama? Akankah mereka akan membunuh saudara seimannya? Lebih-lebih kita tahu Kristen disebarkan melalui penjajahan. Bagi yang mengerti sejarah hal ini adalah fakta yang teramat jelas. Jadi sungguh mengherankan ketika mereka menuntut lebih bahkan sedikitpun sebenarnya mereka tidak berhak, ketika faktanya mereka tidak punya saham apapun dalam perjuangan kemerdekaan.

Katakan dulu di BPUPKI dalam persiapan kemerdekaan Indonesia tercantum nama Maramis dan Latuharhary dua orang perwakilan umat Kristiani, sungguh faktanya masih buram. Jika benar mereka ada (bukan fiktif), apakah mereka tidak malu mengaku-ngaku tapi tidak memiliki kemerdekaan, atau menurut beberapa sumber mereka sengaja mendompleng atau didomplengkan oleh Soekarno agar terlihat bahwa umat Kristiani juga punya peran dalam kemerdekaan Republik ini. Fakta selanjutnya, mereka termasuk yang menolak Piagam Jakarta.

Begitu besarnya peran umat Islam dalam perjuangan kemerdekaan, dalam bukunya ‘Menemukan Sejarah’ Ahmad Mansur Suryanegara menuliskan beberapa data di antaranya :

  1. Pengakuan George Mc Turner Kahin seorang Indonesianis (Nationalism and revolution Indonesia) bahwa ada 3 faktor terpenting yang mempengaruhi terwujudnya integritas Nasional; 1) Agama Islam dianut mayoritas rakyat Indonesia, 2) Agama Islam tidak hanya mengajari berjama’ah, tapi juga menanamkan gerakan anti penjajah, 3) Islam menjadikan bahasa Melayu sebagai senjata pembangkit kejiwaan yang sangat ampuh dalam melahirkan aspirasi perjuangan Nasionalnya.


  2. Bahwa pelopor gerakan Nasional bukan Budi Utomo tetapi Syarekat Islam (SI) yang memasyarakatkan istilah Nasional dan bahasa Melayu ke seluruh Nusantara, anggotanya beragam dan terbuka. Sementara Budi Utomo; menolak persatuan Indonesia, memakai bahasa Jawa dan Belanda dalam pergaulannya, bersikap eklusif di luar pergerakan Nasional dan keanggotaannya hanya untuk kalangan Priyayi (Bangsawan/ningrat) saja.


  3. Pelopor pembaharuan sistem pendidikan Nasional adalah Muhammadiyah (1912) 10 tahun lebih awal dari taman Siswa (1922). Muhammadiyah sudah memakai bahasa Melayu sementara Taman Siswa berbahasa Jawa dan Belanda.


  4. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dipelopori oleh para pemuda Islam atas prakarsa para ulama dalam rapat Nasional PSII di Kediri pada 27-30 September 1928. Dan masih banyak lagi-lagi fakta-fakta lain yang belum terungkap…


Pada hakikatnya dan seharusnya Negeri ini adalah Negeri Islam. Karena salah satu sumber hukum positif di Negeri ini adalah Syariat Islam. Dicantumkannya Piagam Jakarta dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sebagai menjiwai UUD 1945 oleh Soekarno menjadi dasar sahih keharusan Negeri ini diatur oleh syari’at Islam selain faktor histories yang sudak dikemukakan di atas. Maka sebelumnya, saat ini dan seterusnya seluruh produk perundang-undangan yang lahir harus mengandung nilai-nilai syari’at.

Dengan dasar tersebut sungguh tidak logis dan inkonstitusional jika ada sebagian kalangan yang menggugat perda-perda bernuansa Syariah termasuk UU Pornografi yang juga sebenarnya belum murni syari’ah. Tanpa malu-malu mereka bisanya hanya mengancam akan berpisah dari NKRI, seolah-olah NKRI membutuhkan mereka. Mereka harus berpisah diri-diri mereka saja, karena wilayah timur atau wilayah manapun di Negeri ini adalah milik umat Islam.

Negeri ini lahir atas buah karya keikhlasan para mujahid pejuang kemerdekaan atas Berkat Rahmat Allah. Sebagaimana tercantum dengan tegas dalam Pembukaan UUD 1945 “Atas Berkat Rahmat Allah swt….” Karena jika tidak atas Berkat Rahmat Allah swt tidak mungkin bambu runcing dapat menang melawan senjata-senjata otomatis penjajah.

Para muarrikhin (sejarawan) mengatakan “sejarah selalu milik penguasa”. Perjuangan seorang Mohammad Natsir dan kawan-kawan yang berjasa besar dalam perjuangan kemerdekaan dan mempersatukan Indonesia dalam NKRI banyak tidak diketahui oleh para pewarisnya (rakyat Indonesia), karena Natsir memperjuangkan Islam sebagai dasar Negara sementara para penguasa tidak menginginkannya.

Sebagian besar dari kita atau anak-anak kita di sekolah tidak mengenal sosok para mujahid tersebut. Dengan dianugerahkannya gelar Pahlawan Nasional maka sudah menjadi keharusan materi sejarah diluruskan di buku-buku sejarah anak-anak kita. Hal yang sebenarnya paling ditakuti oleh penguasa dimana pemikiran dan perjuangan sosok-sosok itu dibaca dan akan membangkitkan ruh jihad di dada-dada generasi Islam. Sehingga gelar pahlawan yang secara otomatis pengakuan konstitusional senantiasa diulur-ulur.

Mereka khawatir jika saat keluar dari kelas para siswa akan memekikkan takbir Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar !!!

Read more...

Thursday, November 20, 2008

Ahmadinejad

Pagi ini aku membaca tentang Ahmdinejad presiden Iran yang sangat rendah hati tapi sangat ditakuti oleh amerika dan sekutunya israel, saya rasa kita sungguh merindukan pemimpin yang seperti dia, membaca profile dia memberikan kekaguman tersendiri dalam hatiku, andaikata semua pemimpin seperti dia, pasti dunia ini akan tenang dan tentram dan tidak ada lagi perang ya....

saya cuma mau bagi-bagi aja profile dia yang saya dapat dari situs swaramuslim.




Ahmadinejad, namanya di takuti AS & Israel

Pemilu saat ini sudah bersiap menyambut kita. Sejumlah tokoh pun sudah bermunculan. Mereka menganggap yang paling bisa dan tepat menjadi pemimpin. Tapi taukah anda pemimpin apa yang telah di contohkan Rasulullah ? Sikap Sederhana. Inilah yang kini di tunjukan Presiden Iran , Mahmoud Ahmadinejad.

Mudah-mudahan di pemilu yang akan datang kita akan memiliki Presiden seperti ini ?

Suatu ketika Presiden Iran saat ini: Mahmoud Ahmadinejad, di wawancara oleh TV Fox (AS) soal kehidupan pribadinya:

"Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?"

Jawabnya : "Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya."Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran ."

Berikut adalah bagaimana penyiar menggambarkan dirinya.


Ulama adalah posisi yang paling tinggi dimata Ahmadinejad

Ahmedi Najad, adalah presiden Iran yang membuat orang ternganga, karena pada saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Iran Istana yang sangat tinggi nilai maupun harganya itu kepada masjid2 di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.

Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive. Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya.

Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri2 nya untuk datang kepadanya dan menteri2 tsb akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan2 darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri2nya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat menteri2 tsb berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.

Langkah pertamanya adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu2nya uang masuk adalah uang gaji bulanannya. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250. Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumahnya. Hanya itulah yang dimilikinya seorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, eko nomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan.

Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.

Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yg selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.

Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan, ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.

Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri2 nya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sdh dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri2 nya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan. Ia juga menghentikan kebiasaan upacara2 sepertikarpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal2 spt itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.

Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut.

Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi presiden?

Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal2nya yg selalu mengikuti kemanapun ia pergi. Menurut koran Wifaq, foto2 yg diambil oleh adiknya tersebut, kemudian dipulikasikan oleh media masa di seluruh dunia, termasuk amerika.

Sepanjang sholat, anda dapat melihat bahwa ia tidak duduk di baris paling muka.

Dan foto terakhir memperlihatkan ruang makan dimana presiden sedang menikmati makanannya.

Read more...

Tuesday, November 18, 2008

YANG HENDAKNYA DIPIKIRKAN MANUSIA

Sejak awal, kami telah menekankan pentingnya berpikir, manfaat-manfaatnya bagi manusia dan sarana yang membedakan manusia dari makhluk lain. Kami telah menyebutkan pula sebab-sebab yang menghalangi manusia dari berpikir. Semua ini mempunyai tujuan utama mendorong manusia untuk berpikir dan membantu mereka mengetahui tujuan penciptaan dirinya; serta agar manusia mengagungkan ilmu dan kekuasaan Allah yang tak terbatas.

Di halaman-halaman berikutnya, kami akan mencoba menjelaskan bagaimana orang yang beriman kepada Allah berpikir tentang segala sesuatu yang dijumpainya sepanjang hari dan mendapatkan pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang ia saksikan; bagaimana ia seharusnya bersyukur dan menjadi semakin dekat kepada Allah setelah menyaksikan keindahan dan ilmu Allah di segala sesuatu.

Sudah pasti apa yang disebutkan di sini hanya mencakup sebagian kecil dari kapasitas berpikir seorang manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk setiap saat (dan bukan setiap jam, menit atau detik, tapi satuan waktu yang lebih kecil dari itu, yakni setiap saat) dalam hidupnya. Ruang lingkup berpikir manusia sedemikian luasnya sehingga tidak mungkin untuk dibatasi. Oleh karena itu, uraian di bawah ini bertujuan untuk sekedar membukakan pintu bagi mereka yang belum menggunakan sarana berpikir mereka sebagaimana mestinya.

Perlu diingat bahwa hanya mereka yang berpikir secara mendalam lah yang mampu memahami dan berada pada posisi lebih baik dibandingkan makhluk lain. Mereka yang tidak dapat melihat keajaiban dari peristiwa-peristiwa di sekitarnya dan tidak dapat memanfaatkan akal mereka untuk bepikir adalah sebagaimana diceritakan dalam firman Allah berikut:



"Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti." (QS. Al-Baqarah, 2: 171)

"… Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raaf, 7: 179)

"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al-Furqaan, 25: 44)

Hanya mereka yang mau berpikir yang mampu melihat dan kemudian memahami tanda-tanda kebesaran Allah, serta keajaiban dari obyek dan peristiwa-peristiwa yang Allah ciptakan. Mereka mampu mengambil sebuah kesimpulan berharga dari setiap hal, besar ataupun kecil, yang mereka saksikan di sekeliling mereka.

Ketika seseorang bangun dari tidurnya di pagi hari…

Tidak diperlukan kondisi khusus bagi seseorang untuk memulai berpikir. Bahkan bagi orang yang baru saja bangun tidur di pagi hari pun terdapat banyak sekali hal-hal yang dapat mendorongnya berpikir.

Terpampang sebuah hari yang panjang dihadapan seseorang yang baru saja bangun dari pembaringannya di pagi hari. Sebuah hari dimana rasa capai atau kantuk seakan telah sirna. Ia siap untuk memulai harinya. Ketika berpikir akan hal ini, ia teringat sebuah firman Allah:

"Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha." (QS. Al-Furqaan, 25: 47)

Setelah membasuh muka dan mandi, ia merasa benar-benar terjaga dan berada dalam kesadarannya secara penuh. Sekarang ia siap untuk berpikir tentang berbagai persoalan yang bermanfaat untuknya. Banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan dari sekedar memikirkan makanan apa yang dipunyainya untuk sarapan pagi atau pukul berapa ia harus berangkat dari rumah. Dan pertama kali ia harus memikirkan tentang hal yang lebih penting ini.

Pertama-tama, bagaimana ia mampu bangun di pagi hari adalah sebuah keajaiban yang luar biasa. Kendatipun telah kehilangan kesadaran sama sekali sewaktu tidur, namun di keesokan harinya ia kembali lagi kepada kesadaran dan kepribadiannya. Jantungnya berdetak, ia dapat bernapas, berbicara dan melihat. Padahal di saat ia pergi tidur, tidak ada jaminan bahwa semua hal ini akan kembali seperti sediakala di pagi harinya. Tidak pula ia mengalami musibah apapun malam itu. Misalnya, kealpaan tetangga yang tinggal di sebelah rumah dapat menyebabkan kebocoran gas yang dapat meledak dan membangunkannya malam itu. Sebuah bencana alam yang dapat merenggut nyawanya dapat saja terjadi di daerah tempat tinggalnya.

Ia mungkin saja mengalami masalah dengan fisiknya. Sebagai contoh, bisa saja ia bangun tidur dengan rasa sakit yang luar biasa pada ginjal atau kepalanya. Namun tak satupun ini terjadi dan ia bangun tidur dalam keadaan selamat dan sehat. Memikirkan yang demikian mendorongnya untuk berterima kasih kepada Allah atas kasih sayang dan penjagaan yang diberikan-Nya.

Memulai hari yang baru dengan kesehatan yang prima memiliki makna bahwa Allah kembali memberikan seseorang sebuah kesempatan yang dapat dipergunakannya untuk mendapatkan keberuntungan yang lebih baik di akhirat.

Ingat akan semua ini, maka sikap yang paling sesuai adalah menghabiskan waktu di hari itu dengan cara yang diridhai Allah. Sebelum segala sesuatu yang lain, seseorang pertama kali hendaknya merencanakan dan sibuk memikirkan hal-hal semacam ini. Titik awal dalam mendapatkan keridhaan Allah adalah dengan memohon kepada Allah agar memudahkannya dalam mengatasi masalah ini. Doa Nabi Sulaiman adalah tauladan yang baik bagi orang-orang yang beriman:

"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh" (QS. An-Naml, 27 : 19)

Bagaimana kelemahan manusia mendorong seseorang untuk berpikir?

Tubuh manusia yang demikian lemah ketika baru saja bangun dari tidur dapat mendorong manusia untuk berpikir: setiap pagi ia harus membasuh muka dan menggosok gigi. Sadar akan hal ini, ia pun merenungkan tentang kelemahan-kelemahannya yang lain. Keharusannya untuk mandi setiap hari, penampilannya yang akan terlihat mengerikan jika tubuhnya tidak ditutupi oleh kulit ari, dan ketidakmampuannya menahan rasa kantuk, lapar dan dahaga, semuanya adalah bukti-bukti tentang kelemahan dirinya.

Bagi orang yang telah berusia lanjut, bayangan dirinya di dalam cermin dapat memunculkan beragam pikiran dalam benaknya. Ketika menginjak usia dua dekade dari masa hidupnya, tanda-tanda proses penuaan telah terlihat di wajahya. Di usia yang ketigapuluhan, lipatan-lipatan kulit mulai kelihatan di bawah kelopak mata dan di sekitar mulutnya, kulitnya tidak lagi mulus sebagaimana sebelumnya, perubahan bentuk fisik terlihat di sebagian besar tubuhnya. Ketika memasuki usia yang semakin senja, rambutnya memutih dan tangannya menjadi rapuh.

Bagi orang yang berpikir tentang hal ini, usia senja adalah peristiwa yang paling nyata yang menunjukkan sifat fana dari kehidupan dunia dan mencegahnya dari kecintaan dan kerakusan akan dunia. Orang yang memasuki usia tua memahami bahwa detik-detik menuju kematian telah dekat. Jasadnya mengalami proses penuaan dan sedang dalam proses meninggalkan dunia ini. Tubuhnya sedikit demi sedikit mulai melemah kendatipun ruhnya tidaklah berubah menjadi tua. Sebagian besar manusia sangat terpukau oleh ketampanan atau merasa rendah dikarenakan keburukan wajah mereka semasa masih muda. Pada umumnya, manusia yang dahulunya berwajah tampan ataupun cantik bersikap arogan, sebaliknya yang di masa lalu berwajah tidak menarik merasa rendah diri dan tidak bahagia. Proses penuaan adalah bukti nyata yang menunjukkan sifat sementara dari kecantikan atau keburukan penampilan seseorang. Sehingga dapat diterima dan masuk akal jika yang dinilai dan dibalas oleh Allah adalah akhlaq baik beserta komitmen yang diperlihatkan seseorang kepada Allah.

Setiap saat ketika menghadapi segala kelemahannya manusia berpikir bahwa satu-satunya Zat Yang Maha Sempurna dan Maha Besar serta jauh dari segala ketidaksempurnaan adalah Allah, dan iapun mengagungkan kebesaran Allah. Allah menciptakan setiap kelemahan manusia dengan sebuah tujuan ataupun makna. Termasuk dalam tujuan ini adalah agar manusia tidak terlalu cinta kepada kehidupan dunia, dan tidak terpedaya dengan segala yang mereka punyai dalam kehidupan dunia. Seseorang yang mampu memahami hal ini dengan berpikir akan mendambakan agar Allah menciptakan dirinya di akhirat kelak bebas dari segala kelemahan.

Segala kelemahan manusia mengingatkan akan satu hal yang menarik untuk direnungkan: tanaman mawar yang muncul dan tumbuh dari tanah yang hitam ternyata memiliki bau yang demikian harum. Sebaliknya, bau yang sangat tidak sedap muncul dari orang yang tidak merawat tubuhnya. Khususnya bagi mereka yang sombong dan membanggakan diri, ini adalah sesuatu yang seharusnya mereka pikirkan dan ambil pelajaran darinya.

Bagaimana beberapa karakteristik tubuh manusia membuat anda berpikir?

Ketika melihat diri sendiri di dalam cermin, seseorang berpikir tentang berbagai hal yang sebelumnya tak pernah muncul dalam benaknya. Sebagai contoh: bulu mata, alis, tulang belulang dan gigi-giginya tidak tumbuh memanjang terus menerus. Dengan kata lain, di bagian tubuh dimana pertumbuhan anggota badan yang terus menerus akan menjadi sesuatu yang menyusahkan dan menghalangi pandangannya, maka anggota tubuh tersebut berhenti tumbuh. Sebaliknya, rambut yang kelihatan indah jika tumbuh memanjang, tidak berhenti tumbuh. Disamping itu, ada keseimbangan yang sempurna dalam pertumbuhan tulang-belulang. Misalnya tulang anggota bagian atas tidak akan tumbuh memanjang begitu saja sehingga menyebabkan badan kelihatan lebih pendek. Semua tulang ini berhenti pada saat tertentu seakan-akan tiap-tiap tulang tersebut tahu seberapa panjang mereka harus tumbuh.

Sudah barang tentu, semua yang telah disebutkan di sini terjadi akibat dari reaksi-reaksi fisika dan kimia yang terjadi dalam tubuh. Orang yang merenungkan hal ini akan juga bertanya-tanya bagaimana reaksi-reaksi ini terjadi. Siapa yang memasukkan hormon-hormon dan enzim-enzim yang bertanggung jawab atas pertumbuhan ke dalam tubuh sesuai dengan dosis yang dibutuhkan? Dan siapakah yang mengontrol kadar dan waktu sekresi dari hormon dan enzim tersebut?

Tidak dapat dipungkiri bahwa mustahil untuk mengatakan bahwa ini semua terjadi secara kebetulan. Tidaklah mungkin sel-sel atau atom-atom pembentuk manusia yang tidak mempunyai kesadaran tersebut melakukan hal yang demikian dengan sendirinya. Ini adalah bukti bahwa fenomena tersebut terjadi karena kekuasaan Allah yang menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Ketika dalam perjalanan…

Setelah bangun tidur dan bersiap-siap di pagi hari, orang-orang kemudian berangkat ke kantor, sekolah atau melakukan pekerjaan mereka di luar rumah. Bagi orang yang beriman, keberangkatan ini adalah awal dari melakukan amal kebaikan yang mendatangkan ridha Allah. Ketika meninggalkan rumah dan bepergian ke luar, seseorang akan menjumpai banyak hal yang dapat ia pikirkan, misalnya ribuan manusia, kendaraan, pohon, besar dan kecil, dan beragam hal yang terdapat di banyak tempat. Dalam hal ini, pandangan orang yang beriman sudah jelas, yakni bahwa ia berusaha untuk mendapatkan sebanyak mungkin manfaat dari yang ia jumpai di sekelilingnya. Ia memikirkan tentang sebab-sebab dari peristiwa-peristiwa yang ada. Karena apa yang sedang ia saksikan terjadi dengan pengetahuan dan kehendak Allah, maka pasti ada sebuah makna di balik peristiwa atau pemandanga itu. Karena Allah lah yang memampukannya untuk pergi ke luar rumah serta meletakkan semua pemandangan ini di depan matanya, maka sudah pasti dari pemandangan-pemandangan tersebut ada yang mesti dilihat dan dipikirkan. Sejak bangun tidur, ia bersyukur kepada Allah yang telah memberinya umur satu hari lagi di dunia yang dapat digunakannya sebagai modal untuk mendapatkan pahala dari Allah. Kini, ia tengah memulai perjalanan yang dapat mendatangkan pahala baginya. Menyadari hal ini, ia teringat akan firman Allah: "Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan", (QS. An-Naba', 78 :11).

Berpedomankan ayat tersebut, ia membuat rencana tentang bagaimana menghabiskan waktunya di siang hari dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak hanya bermanfaat untuk orang lain akan tetapi juga mendatangkan ridha Allah.

Ketika berada dalam mobilnya atau di atas kendaraan apapun dengan pola pikir yang demikian, ia pun kembali bersyukur kepada Allah. Tidak menjadi masalah, betapapun jauhnya jarak perjalanan yang harus ia tempuh, ia masih memiliki sarana untuk pergi ke sana. Untuk memudahkan manusia, Allah telah menciptakan beragam sarana transportasi untuk membantu manusia dalam melakukan perjalanan. Bahkan kemajuan teknologi saat sekarang telah menyediakan sarana transportasi baru berupa mobil, kereta api, pesawat terbang, kapal laut, helikopter, bus…Ketika merenungkan hal ini, seseorang akan kembali teringat: Allah lah yang telah menciptakan teknologi untuk membantu manusia.

Setiap hari, para ilmuwan membuat penemuan-penemuan dan inovasi-inovasi baru yang dapat memudahkan hidup kita. Mereka menghasilkan ini semua melalui sarana yang diciptakan Allah di bumi. Seseorang yang memikirkan tentang masalah tersebut akan menikmati perjalanannya sambil bersyukur kepada Allah atas kemudahan yang diberikan kepadanya.

Dalam perjalanan menuju tempat tujuan, ia menyaksikan tumpukan sampah dengan bau yang tak sedap, tempat-tempat kumuh di sepanjang jalan. Hal ini menimbulkan beragam pikiran dalam benaknya:

Ketika masih berada di dunia, Allah telah memberikan informasi kepada kita yang membantu kita memperoleh gambaran tentang surga dan neraka; atau mengira-ngira keadaan kedua tempat ini dengan menggunakan perbandingan. Tumpukan sampah, bau yang tidak sedap dan daerah-daerah kumuh dapat menimbulkan stres atau tekanan dalam jiwa seseorang. Tak seorangpun ingin tinggal di tempat tersebut. Keadaan ini mengingatkan seseorang tentang neraka dan ayat-ayat yang mengisahkan neraka. Di banyak ayat-ayat Al-Qur'an Allah telah menceritakan segala sesuatu yang tidak menyenangkan, gelap serta menjijikkan tentang neraka:

Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih,
dan dalam naungan asap yang hitam.
Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.
(QS. Al-Waaqi'ah, 56: 41-44)

Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Akan dikatakan kepada mereka): "Jangan kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak." (QS. Al-Furqaan, 25: 13-14)

Dengan memikirkan ayat-ayat di atas, orang tersebut berdoa agar Allah menjauhkannya dari siksa neraka dan mengampuni segala kesalahannya.

Sebaliknya, seseorang yang tidak menggunakan cara berpikir yang demikian akan menghabiskan waktunya dengan menggerutu, kesal dan selalu mencari kambing hitam dari setiap permasalahan. Ia marah sekali kepada orang-orang yang menumpuk sampah tersebut dan pihak pemerintahan daerah setempat yang terlambat untuk mengumpulkan dan membuangnya. Sepanjang hari pikirannya disibukkan dengan hal-hal seperti: jalan raya yang penuh dengan lubang; orang-orang yang menyebabkan lalu lintas macet; badannya yang basah kuyup kehujanan akibat ulah badan meteorologi yang salah dalam memperkirakan cuaca; cemoohan kasar dari bossnya, dan lain sebagainya. Namun, pikiran yang sia-sia ini tidaklah bermanfaat dalam kehidupan akhiratnya nanti. Seseorang mungkin berhenti sejenak kemudian berpikir apakah ia seharusnya menghiraukan banyak hal. Sungguh, banyak orang mengatakan bahwa alasan utama yang mencegah mereka dari berpikir adalah segala kesibukan yang mengharuskan mereka bekerja keras terus-menerus di dunia. Mereka berdalih bahwa mereka tidak mampu berpikir karena sibuk dengan masalah pangan, perumahan dan kesehatan. Akan tetapi ini hanyalah sekedar alasan untuk mengelak. Tanggung jawab dan kondisi tersebut tidak ada hubungannya dengan berpikir sebagaimana yang dikehendaki di sini. Seseorang yang berusaha untuk berpikir dalam rangka mencari ridha Allah akan mendapatkan pertolongan dari Allah. Ia akan melihat bahwa, seiring dengan bergantinya hari, beragam persoalan yang biasanya menjadi masalah baginya satu demi satu terselesaikan; hingga ia dapat meluangkan waktu untuk berpikir dan berpikir lagi. Hanya orang-orang yang beriman sajalah yang sadar, paham dan mengalami hal yang demikian.

Bagaimana dunia yang berwarna-warni mendorong seseorang berpikir?

Masih dalam perjalanannya, ia terus berusaha melihat keajaiban dari ayat-ayat ataupun ciptaan Allah di sekitarnya, dan memuji Allah ketika memikirkan ini semua. Ketika melihat ke luar melalui jendela mobilnya, ia menyaksikan dunia yang penuh dengan beragam warna. Lalu ia pun berpikir: "Bagaimana segala sesuatu akan terlihat seandainya dunia ini tidak berwarna?"

Lihatlah gambar-gambar di bawah dan anda pun mulai berpikir. Apakah kenikmatan yang kita rasakan dari memandang laut, pegunungan atau bunga yang tidak berwarna sebanding dengan sebagaimana yang anda lihat sekarang? Apakah pemandangan langit, buah, kupu-kupu, pakaian dan wajah-wajah manusia sebagaimana yang terlihat oleh anda sekarang memberikan kepuasan? Adalah nikmat dari Tuhan bahwa kita hidup di sebuah dunia yang cerah ceria dan memiliki beragam warna. Setiap warna yang kita lihat di alam, keseimbangan yang sempurna dari warna-warna makhluk hidup, semuanya adalah tanda-tanda tentang karya cipta dan seni khas Allah yang tak tertandingi. Beragam warna dari bunga atau burung; dan keharmonisan atau corak yang anggun antara warna-warna yang ada; bahwa tak satupun warna di alam ini yang mengganggu penglihatan kita; warna lautan, langit, pohon-pohon yang demikian serasi sehingga menimbulkan kedamaian dan tidak melelahkan mata kita, semua ini menunjukkan kesempurnaan ciptaan Allah. Dengan merenungkan beberapa fenomena tersebut, seseorang akan paham bahwa setiap sesuatu yang ia lihat di sekelilingnya adalah hasil dari ilmu dan kekuasaan Allah yang tak terbatas dan absolut. Setelah sadar akan segala nikmat yang Allah anugerahkan ini, ia pun menjadi hamba yang takut kepada Allah dan memohon perlindungan kepada-Nya agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak bersyukur. Dalam Al-Qur'an, Allah mengisahkan fenomena warna-warna, dan berfirman bahwa hanya mereka yang memiliki pengetahuan, yakni mereka yang menyelami lebih jauh dengan berpikir dan menarik kesimpulan serta pelajaran dari fenomena ini lah yang memiliki rasa takut kepada Allah:

"Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Faathir, 35: 27-28).

Bagaimana sebuah mobil jenazah yang melintas di jalan mendorong seseorang untuk berpikir?

Seseorang yang sedang bergegas menuju ke suatu tempat secara tiba-tiba berpapasan dengan mobil jenazah. Sungguh ini adalah kesempatan yang baik untuk berhenti sejenak dan menenangkan diri. Pemandangan yang ia temui mengingatkannya akan kematian. Suatu hari ia juga akan berada di mobil jenazah itu. Tiada keraguan tentang terhadapnya, tak peduli seberapa besar usaha untuk menghindarinya, cepat atau lambat kematian pasti akan datang menghampirinya. Tak peduli apakah ia sedang berada di tempat tidurnya, ketika dalam perjalanan, atau ketika berlibur, ia pasti akan meninggalkan dunia ini. Kematian adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari.

Di saat yang demikian, seorang mukmin teringat akan ayat Allah berikut:

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya." (QS. Al-Ankabuut, 29: 57-59).

Keyakinan seseorang bahwa jasadnya akan juga dimasukkan dalam peti mati, ditimbun tanah oleh kerabatnya, namanya akan diukir diatas kuburan, akan menghilangkan kecintaannya kepada dunia. Seseorang yang dengan ikhlas dan secara sadar berpikir tentang hal ini paham bahwa tidaklah masuk akal untuk mengklaim kepemilikan tubuh yang suatu hari akan membusuk di dalam tanah.

Dalam ayat di atas, Allah memberikan kabar gembira berupa surga setelah kematian kepada mereka yang sabar dan bertawakal kepada Allah. Oleh karenanya, dengan berpikir bahwa suatu hari ia akan mati, seorang mukmin akan berusaha menjalani hidup dengan akhlaq yang baik sebagaimana yang diperintahkan Allah untuk meraih surga. Setiap saat ia teringat akan dekatnya kematian, tekadnya untuk mendapatkan surga semakin menguat dan mendorongnya untuk senantiasa berusaha bertingkah laku sesuai dengan akhlaqnya yang semakin lama semakin baik.

Sebaliknya, orang-orang yang condong memikirkan hal-hal yang lain, dan menghabiskan hidup dengan angan-angan kosong, tidak berpikir bahwa suatu hari hal yang sama pasti akan menimpa mereka meskipun mereka berpapasan dengan mobil jenazah, setiap hari melewati kuburan atau bahkan salah satu orang yang paling dicintai meninggal dunia di samping mereka sendiri.

Di siang hari…

Ketika menyaksikan segala peristiwa yang ditemuinya sepanjang hari, orang beriman selalu berpikir tentang tanda-tanda kebesaran Allah dan berusaha untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa tersebut.

Ia menanggapi setiap kebaikan ataupun malapetaka sebagai sesuatu yang memiliki kebaikan sebagaimana dikehendaki Allah. Di mana saja ia berada, di sekolah, di tempat kerja ataupun di pasar, dan dengan berprasangka dan berpikir bahwa Allahlah yang menciptakan setiap sesuatu, ia selalu berusaha memahami keindahan-keindahan dan makna tersembunyi di balik peristiwa-peristiwa yang diciptakan-Nya untuk kemudian menjalani hidup dengan mematuhi ayat-ayat Allah. Sikap orang mukmin ini digambarkan dalam Al-Qur'an:

"Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (QS. An-Nuur, 24: 37-38)

Bagaimana orang berpikir ketika menghadapi kesulitan-kesulitan yang ditemuinya dalam pekerjaan?

Manusia mungkin menghadapi berbagai macam kesulitan selama satu hari penuh. Namun apapun kesulitan tersebut, hendaklah ia berkeyakinan kepada Allah dan berpikir bahwa "Allah menguji kita dengan sesuatu yang kita kerjakan dan pikirkan dalam hidup di dunia. Ini adalah kenyataan yang sangat penting yang seharusnya tidak pernah kita lupakan sekejap pun. Oleh karenanya, ketika menemui kesulitan dalam setiap hal yang kita lakukan atau pikirkan, sehingga tidak berjalan sebagaimana mestinya, kita hendaknya selalu ingat bahwa semua kesulitan ini telah dihadapkan oleh Allah kepada kita untuk menguji perbuatan kita."

Pikiran-pikiran yang muncul dalam benak seseorang ini berlaku untuk semua peristiwa, besar atau kecil, yang ia jumpai sepanjang hari. Sebagai contoh, seseorang membayar lebih tanpa sengaja akibat salah pengertian atau kecerobohan; sebuah file yang telah diselesaikan dalam waktu berjam-jam dengan menggunakan komputer dapat hilang begitu saja akibat terputusnya aliran listrik; seorang pelajar gagal dalam ujian universitas meskipun ia telah belajar secara sungguh-sungguh; seseorang terpaksa menghabiskan harinya menunggu dalam antrian untuk mendapatkan pekerjaan akibat birokrasi yang terlalu rumit; dokumen yang hilang dapat menjadi masalah yang menyebabkan pekerjaan seseorang tidak karuan; seseorang ketinggalan pesawat, atau bus ketika hendak pergi ke suatu tujuan yang mesti dihadirinya seawal mungkin…Ada banyak sekali peristiwa-peristiwa yang dialami seseorang dalam hidup yang dianggapnya merupakan sebuah kesulitan atau "masalah".

Ketika mengalami semua peristiwa tersebut, orang yang beriman akan berpikir dan ingat bahwa Allah menguji perilaku dan kesabarannya; sehingga tidaklah masuk akal bagi orang yang yakin bahwa ia akan mati dan mempertanggung jawabkan perbuatannya di akhirat terpengaruh dengan hal-hal serupa dan menghabiskan waktunya dengan perasaan takut dan khawatir akan hal tersebut. Ia paham bahwa ada sebuah kebaikan di balik semua peristiwa ini. Ia tak pernah mengatakan "Aduh" terhadap kejadian apapun. Ia berdoa kepada Allah untuk memudahkan pekerjaan-pekerjaannya dan menjadikan segala sesuatunya sebagai kebaikan.
Ketika kesulitan tersebut telah berlalu dengan datangnya kemudahan, ia berpikir bahwa ini adalah jawaban dari doanya kepada Allah, Allah mendengarkan dan, kemudian, mengabulkan doa-doanya. Pada akhirnya ia pun bersyukur kepada Allah.

Ketika menjalani hari dengan prinsip berpikir seperti ini, maka seseorang tak akan pernah putus harapan, merasa khawatir, menyesal ataupun menderita terhadap apapun yang dialaminya. Ia tahu bahwa Allah telah menciptakan semua ini untuk sebuah kebaikan dan keberkahan. Tidak hanya itu, ia berpikir yang demikian tidak hanya ketika terjadi peristiwa-peristiwa besar yang menimpanya, namun juga di semua hal yang rumit, besar ataupun kecil, yang ia jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Coba pikirkan, ada orang yang tidak mendapati urusannya yang penting terselesaikan sebagaimana yang ia kehendaki. Ataupun orang yang ketika hampir saja meraih tujuan, dihadapkan pada sebuah masalah yang serius. Orang ini mendadak menjadi sangat kecewa, merasa khawatir dan tertekan. Pendek kata, dirinya dipenuhi dengan pikiran-pikiran buruk. Sebaliknya, seseorang yag berpikir bahwa ada sesuatu kebaikan pada semua hal, akan berusaha menemukan makna-makna tersembunyi yang Allah tunjukkan padanya melalui peristiwa tersebut. Ia berpikir bahwa mungkin Allah telah melakukan ini semua untuk memberinya peringatan agar lebih berhati-hati dan serius dalam menangani masalah. Dengan demikian, ia pun kembali melakukan persiapan-persiapan yang lebih matang, serta bersyukur kepada Allah sambil mengatakan "mungkin ini membantu mencegah timbulnya malapetaka yang lebih besar lagi".

Seseorang yang ketinggalan bus ketika hendak menuju suatu tempat, berpikir: "mungkin keterlambatan dan ketertinggalan saya dari bus tersebut telah menyelamatkan saya dari kecelakaan atau bahaya yang lain". Ia berpikir lagi: "mungkin masih banyak lagi hikmah-hikmah tersembunyi yang serupa". Banyak sekali contoh-contoh semisal yang dapat ditemukan dalam kehidupan manusia. Yang paling penting adalah rencana-rencana seseorang tidak harus selalu terlaksana sesuai dengan yang ia kehendaki. Secara mendadak ia mungkin mendapati dirinya berada dalam situasi yang sangat berbeda dari apa yang ia rencanakan. Dalam kondisi yang demikian, seseorang yang berkepribadian dan berperilaku secara tenang serta senantiasa mencari kebaikan dari sebuah peristiwa akan memperoleh keberuntungan. Hal ini dikarenakan Allah berfirman dalam ayat-Nya:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah, 2: 216)

Sebagaimana firman Allah di atas, kita tidak mengetahui tetapi Allah mengetahui. Karena itu, hanya Allahlah yang mengetahui apa yang baik dan yang tidak baik untuk kita. Segala yang menimpa manusia hanyalah agar manusia mengambil Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang sebagai tempat mengadu dan meminta pertolongan, serta menyerahkan diri kepada Allah sepenuhnya.

Hal-hal yang terpikirkan ketika sedang mengerjakan sesuatu…

Manakala sedang mengerjakan sesuatu, seharusnya seseorang tidak membiarkan akalnya kosong, akan tetapi senantiasa memikirkan segala sesuatu yang baik. Otak manusia memiliki kemampuan untuk berpikir lebih dari satu hal pada saat yang bersamaan. Seseorang yang sedang mengendarai mobil, membersihkan rumah, bekerja mencari nafkah, berjalan di jalan raya, pada saat yang sama dapat berpikir hal-hal yang baik.

Ketika membersihkan rumah, ia bersyukur kepada Allah yang telah memberinya sarana seperti air dan detergen. Sadar bahwa Allah menyukai kebersihan dan orang yang membersihkan diri, ia memandang pekerjaan yang sedang ia lakukan sebagai bentuk ibadah sehingga dengan melakukan hal tersebut ia mengharapkan ridha Allah. Di samping itu, ia merasa bahagia karena telah mempersiapkan tempat yang nyaman untuk orang lain dengan membersihkan tempat tinggalnya.

Seseorang yang tengah mengerjakan sesuatu, terus-menerus berdoa kepada Allah dan memohon agar dimudahkan dalam pekerjaannya karena yakin bahwa ia tidak dapat melakukan suatu pekerjaan dengan baik tanpa pertolongan Allah. Kita mengetahui di dalam Al-Qur'an bahwa para Nabi memberikan contoh kepada kita dengan terus menerus menghadapkan diri mereka kepada Allah dalam kesendirian, dan selalu mengingat Allah ketika mengerjakan sesuatu. Diantara contoh ini adalah Nabi Musa. Beliau menolong dua orang wanita yang ditemuinya dalam perjalanan. Setelah membantu memberikan minum untuk binatang gembalaan mereka, beliau berdoa kepada Allah:

"Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya". Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdo'a: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (QS. Al-Qashas, 28: 23-24)

Contoh lain yang kita temui dalam Al-Qur'an yang berkenaan dengan masalah ini adalah Nabi Ibrahim dan Nabi Isma'il. Allah menceritakan bahwa kedua Nabi ini memikirkan kemaslahatan orang-orang mukmin yang lain pada saat keduanya sedang melaksanakan suatu pekerjaan. Mereka berdoa kepada-Nya sehubungan dengan pekerjaan yang sedang mereka lakukan:

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah, 2: 127-129)

Bagaimana sarang laba-laba mendorong seseorang untuk berpikir?

Banyak hal yang dapat dipikirkan oleh seseorang yang menghabiskan harinya dalam rumah. Ketika sedang membersihkan rumah, ia menjumpai seekor laba-laba yang merajut sarangnya di sebuah sudut rumah tersebut. Jika ia menyadari keharusan untuk memikirkan binatang yang seringkali tidak dihiraukan orang ini, ia akan mengerti bahwa pintu pengetahuan telah dibuka untuknya. Serangga kecil yang sedang disaksikannya adalah sebuah keajaiban. Sarang laba-laba tersebut memiliki bentuk simetri yang sempurna. Ia pun kagum terhadap seekor laba-laba yang mungil tetapi memiliki kemampuan dalam membuat sebuah disain sempurna yang sedemikian menakjubkan. Setelah itu ia membuat sebuah pengamatan singkat hingga mendapatkan beberapa fakta lain: serat yang digunakan laba-laba ternyata 30% lebih fleksibel dari serat karet dengan ketebalan yang sama. Serat yang diproduksi oleh laba-laba ini memiliki mutu yang demikian tinggi sehingga ditiru oleh manusia dalam pembuatan jaket anti peluru. Sungguh luar biasa, sarang laba-laba yang dianggap sederhana oleh kebanyakan manusia, ternyata terbuat dari bahan yang mutunya setara dengan bahan industri paling ideal di dunia.

Ketika menyaksikan disain yang sempurna pada makhluk hidup di sekitarnya, manusia terus menerus berpikir hingga kemudian mendorongnya untuk menemukan lebih banyak fakta-fakta yang menakjubkan. Ketika mengamati sebuah lalat yang setiap saat dijumpainya namun belum pernah diperhatikannya atau bahkan merasa sangat terganggu dan ingin sekali membunuhnya, ia melihat bahwa serangga tersebut memiliki kebiasaan membersihkan diri sampai bagian-bagian yang terkecil dari tubuhnya sekalipun. Lalat tersebut seringkali hinggap di suatu tempat lalu membersihkan tangan dan kakinya secara terpisah. Setelah itu lalat ini membersihkan debu yang menempel pada sayap dan kepalanya dengan menggunakan tangan dan kakinya secara menyeluruh. Lalat ini terus saja melakukan yang demikian sampai yakin akan kebersihannya. Semua lalat dan serangga membersihkan tubuh mereka dengan cara yang sama: dengan penuh perhatian dan ketelitian sampai ke hal-hal yang kecil sekalipun. Ini menunjukkan adanya satu-satunya Pencipta yang mengajarkan kepada mereka cara membersihkan diri mereka sendiri.

Ketika terbang, lalat mengepakkan sayapnya kurang lebih 500 kali setiap detik. Padahal tak satupun mesin buatan manusia yang mampu memiliki kecepatan yang luar biasa ini. Kalaulah ada, mesin itu akan hancur dan terbakar akibat gaya gesek. Namun sayap, otot ataupun persendian lalat ini tidak mengalami kerusakan. Lalat dapat terbang ke arahmanapun tanpa terpengaruh oleh arah dan kecepatan angin. Dengan teknologi yang paling mutakhir sekalipun, manusia masih belum mampu membuat mesin yang memiliki spesifikasi dan teknik terbang yang luar biasa sebagaimana lalat. Begitulah, makhluk hidup yang cenderung diremehkan dan tidak terlalu mendapat perhatian manusia, dapat melakukan pekerjaan yang tak mampu dilakukan manusia. Tidak diragukan lagi, tidaklah mungkin mengklaim bahwa seekor lalat melakukan ini semua semata-mata karena kemampuan dan kecerdasan yang ia miliki. Semua karakteristik istimewa dari lalat adalah kemampuan yang Allah berikan kepadanya.

Segala sesuatu yang terlihat sepintas oleh manusia ternyata didalamnya terdapat kehidupan, baik yang terlihat ataupun tidak. Tak satu sentimeter persegi pun di bumi ini yang di dalamnya tidak terkandung kehidupan. Manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan adalah makhluk yang mampu dilihat oleh manusia. Namun, masih ada makhluk-makhluk lain yang tidak terlihat oleh manusia akan tetapi manusia sadar akan keberadaannya. Misalnya rumah yang ia diami yang penuh dengan makhluk-makhluk mikroskopis yang disebut "tungau". Demikian pula halnya dengan udara yang ia hirup, di dalamnya mengandung virus yang tak terhingga banyaknya, atau tanah kebunnya yang mengandung bakteri yang sangat banyak.

Seseorang yang merenung tentang keanekaragaman yang luar biasa dari kehidupan di bumi, akan mengetahui kesempurnaan makhluk-makhluk ini. Tiap makhluk yang ia lihat adalah tanda-tanda keagungan karya seni ciptaan Allah, demikian pula halnya dengan keajaiban luar biasa yang tersembunyi dalam makhluk-makhluk mikroskopis tersebut. Virus, bakteri ataupun tungau yang tidak terlihat oleh mata telanjang memiliki mekanisme tubuh yang unik. Habitat, cara makan, sistim reproduksi dan pertahanan mereka semuanya diciptakan oleh Allah. Seseorang yang memikirkan secara mendalam tentang fenomena ini teringat ayat Allah:

"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Ankabuut, 29: 60)

Bagaimana penyakit mendorong seseorang untuk berpikir?

Manusia adalah makhluk yang memiliki banyak kelemahan dan harus selalu terus-menerus berusaha untuk mengatasi kelemahan tersebut. Adanya penyakit yang diderita manusia adalah gambaran paling jelas tentang kelemahan tersebut. Oleh karenanya, ketika seseorang atau sahabatnya jatuh sakit, ia hendaknya berpikir tentang makna yang terkandung dari musibah ini. Ketika sedang berpikir, ia memahami bahwa flu yang dianggap sebagai penyakit yang biasa pun memiliki pelajaran-pelajaran yang darinya manusia dapat mengambil hikmah ataupun peringatan. Ketika terjangkiti penyakit tersebut, ia memikirkan hal-hal seperti: pertama, penyebab utama flu adalah virus yang teramat kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, makhluk yang kecil ini sudah cukup untuk membuat manusia yang bobotnya 60-70 kg menjadi kehilangan kekuatan, membuatnya sedemikian lemah sehingga tak mampu berjalan ataupun berbicara sekalipun. Seringkali obat atau makanan yang ia makan tidak membantu meringankan penderitaannya. Satu-satunya yang dapat ia lakukan adalah beristirahat dan menunggu. Dalam tubuhnya, berlangsung sebuah peperangan yang ia tak pernah mampu untuk campur tangan, dengan kata lain ia dibuat lumpuh tak berdaya melawan organisme yang sangat kecil. Dalam keadaan yang demikian, ia hendaknya mengingat ayat Allah:

"(Yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku,
dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,
dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,
dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".

(Ibrahim berdo'a): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh". (QS. Asy-Syu'araa, 26: 78-83)

Seseorang yang terjangkiti penyakit apapun hendaknya membandingkan sikapnya ketika sehat dan setelah pulih dari sakit, kemudian berpikir tentang hal tersebut. Seharusnya ia menyadari keadaanya yang lemah ketika sakit, perasaan ketergantungan kepada Allah yang sangat. Hal ini tercermin, misalnya, dalam keikhlasan dan kekhusu'annya ketika berdoa kepada Allah menjelang dioperasi.

Sebaliknya, ketika mengetahui orang lain sedang menderita sakit, ia hendaknya segera bersyukur kepada Allah sambil berpikir tentang keadaannya yang sehat. Manakala melihat orang yang cacat kaki, misalnya, orang beriman memikirkan bahwa kakinya adalah nikmat yang sangat besar dan penting bagi dirinya. Ia memahami bahwa kemampuannya untuk berjalan atau berlari ke manapun serta melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain sejak bangun tidur di pagi hari adalah nikmat dari Allah. Dengan membuat perbandingan seperti ini, ia akan lebih memahami besarnya nikmat yang telah didapatkannya.

Bagaimana seseorang berpikir ketika bertemu dengan orang yang arogan, tidak sopan, suka menyinggung perasaan orang lain dan berperangai buruk?

Ketika berada di kantor atau sekolah sepanjang hari, seseorang akan bertemu dengan berbagai tipe manusia. Sebagian dari mereka mungkin tidak berakhlaq baik dan tidak takut kepada Allah. Seorang mukmin yang bertemu dengan orang-orang ini tidak akan terpengaruh oleh keadaan mereka, sebaliknya tetap istiqomah dengan akhlaq luhurnya sebagaimana yang diajarkan Allah. Ia memahami bahwa penyebab perilaku buruk mereka adalah ketiadaan rasa takut kepada Allah serta ingkar kepada hari akhir. Gambaran berikut ini lalu muncul dalam benaknya: Allah telah memperingatkan tentang siksa neraka dan memerintahkan manusia agar memikirkan adzabnya yang kekal, sehingga manusia mau memperbaiki perilaku mereka dalam kehidupan dunia, kembali kepada Allah dengan merendahkan diri dan melaksanakan ajaran agama secara ikhlas. Seandainya seseorang menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan ancaman yang sedemikian berat dan serius, ia pasti akan melakukan segala sesuatu agar dapat meloloskan diri dari ancaman tersebut. Sebaliknya mereka yang tidak memikirkannya, sehingga tidak memahami betapa seriusnya ancaman tersebut, akan berperilaku seolah-olah tempat yang penuh dengan bara dan siksaan yang dipersiapkan untuk mereka itu tidak lah ada.

Sadar akan kenyataan ini, beberapa hal penting lain terlintas dalam pikirannya: ketika dikumpulkan di tepi jurang neraka, perilaku orang-orang yang berperangai buruk tersebut akan berbeda sama sekali dengan perilaku mereka ketika di dunia. Orang yang ketika masih hidup di dunia berperangai buruk, tidak malu untuk bertindak yang semena-mena dan arogan akan memiliki ekspresi muka, sikap dan cara berbicara yang tidak seperti biasanya pada hari penghisaban, yakni ketika ia diseret ke depan jurang neraka dan terus menerus disiksa.

Atau jika orang yang agresif, kasar dan seringkali melakukan tindak kejahatan dan tidak memiliki rasa kemanusiaan dibawa ke tepi jurang neraka, ia akan merasakan penyesalan yang abadi ketika melihat adzab neraka.

Seseorang selalu mengemukakan berbagai macam alasan untuk tidak menjalankan agama dan tidak melaksanakan ibadah dalam hidupnya di dunia. Namun ia tidak akan dapat mengatakan alasan-alasan tersebut ketika diperintah melaksanakan sholat pada saat sedang menanti di depan gerbang neraka.

Orang yang takut kepada Allah tidak pernah melupakan kenyataan ini. Karena senantiasa memikirkan siksa neraka, ia mengetahui mana perilaku, kata-kata yang benar serta akhlaq yang baik. Dengan keyakinan yang kuat dan senantiasa mengingat keberadaan neraka, ia selalu berbuat seolah-olah ia berada sangat dekat dengan neraka, dan memikirkan bahwa ia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang ia kerjakan.

Allah menyeru manusia untuk memikirkan neraka dan hari penghisaban:

"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu juga kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya". (QS. Aali 'Imraan, 3: 30)


Diambil dari HarunYahya Site...:)


Read more...

SIKAP MEMAAFKAN DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN

Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:
Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)
Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)
Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:
... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)
Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)
Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung.


Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.
Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah.
Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.
Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.
Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang
Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:
Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.
Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.
Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan –sebagaimana segala sesuatu lainnya – haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

Diambil dari HarunYahya site...:)

Read more...

LANGIT YANG MENGEMBALIKAN

Demi langit yang mengandung hujan (QS. Ath Thaariq, 86:11). Kata yang ditafsirkan sebagai 'mengandung hujan' dalam terjemahan Alquran ini juga bermakna 'mengirim kembali' atau mengembalikan.

Seperti diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri atas sejumlah lapisan. Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita cermati sejumlah contoh fungsi pengembalian dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.

  • Lapisan Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan.
  • Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.
  • Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh.

Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Alquran. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Alquran adalah firman Allah.

Dalam sebuah ayat Alquran pun disebutkan sifat angin yang 'mengawinkan' hingga terbentuknya hujan.

Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan, dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. (QS. Al Hijr, 15:22)

Dalam ayat ini, ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin. Hingga awal abad ke-20, satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang diketahui hanyalah bahwa angin menggerakkan awan. Namun, penemuan ilmu meteorologi modern telah menunjukkan peran 'mengawinkan' dari angin dalam pembentukan hujan.

Fungsi 'mengawinkan' dari angin ini terjadi sebagaimana berikut:

Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel kecil, dengan diameter seperseratus milimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin, dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfir.

Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin, dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di sekeliling partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul dan membentuk awan, dan kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.

Sebagaimana terlihat, angin 'mengawinkan' uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang dibawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan hujan. Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran air di atmosfir bagian atas tidak akan pernah terbentuk, dan hujan pun tidak akan terjadi.

Hal terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari angin dalam pembentukan hujan telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam sebuah ayat Alquran, pada saat orang hanya mengetahui sedikit saja tentang fenomena alam.

Fakta lain yang diberikan dalam Alquran mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut: "Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)." (QS. Az Zukhruf, 43:11)

Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut ukuran atau kadar tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.

Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Alquran

Read more...

Thursday, September 4, 2008

The Miracle of Water.....





http://img.timeinc.net/time/photoessays/2008/world_water/water_01.jpg

http://aboutmiracle.files.wordpress.com/2007/11/water-green-drop.jpg

Read more...

Saturday, August 30, 2008

Nabawi...

http://blumewahabi.files.wordpress.com/2007/04/masjid-nabawi.jpg

http://mandacutie.files.wordpress.com/2008/03/masjid_nabawi-1.jpghttp://lh3.ggpht.com/_t6Yshh4nciA/R3XGq0T21VI/AAAAAAAAAQ4/_HQR8QRrfCs/3-HAJJ+1428+H+AL+MABRUR+30.JPGhttp://pedia.muftisays.com/images/f/f5/MasjidAnNabawi.jpg

Read more...

Wednesday, August 27, 2008

O...I'm Crazy About RoSe!!!





Read more...

Tuesday, August 26, 2008

what love means

When you are together with that special someone,
you pretend to ignore that person.
But when that special someone is not around,
you might look around to find them.
At that moment, you are in love.
Although there is someone else who always makes you laugh,
your eyes and attention might go only to that special someone.

Then, you are in love.
Although that special someone was supposed to have called you long back,
to let you know of their safe arrival,
your phone is quiet.
You are desperately waiting for the call!

At that moment, you are in love.
If you are much more excited for one short e-mail from
that special someone than other many long e-mails,

you are in love.
When you find yourself as one who cannot erase all the
emails or SMS messages in your phone because of one message
from that special someone, you are in love.
When you get a couple of free movie tickets, you would
not hesitate to think of that special someone.

Then, you are in love.
You keep telling yourself, "that special someone is just a friend",but
you realize that you can not avoid that person's special attraction. At that moment, you are in love.
While you are reading this pages, if someone
appears in your mind,

then u are in love with that person...;))



Read more...

Tuesday, July 29, 2008

Sikap Tidak Peduli

Dalam bukunya yang terkenal, Islam at the Crossroads, Muhammad Asad/Leopold Weiss mengingatkan umat Islam, bahwa: ”The Imitation – individually and socially – of the Western mode of life by Muslims is undoubtedly the greatest danger for the existence – or rather , the revival – of Islamic civilization.

Jadi, kata Asad, penjiplakan kaum Muslim –baik secara individual maupun sosial – terhadap gaya hidup Barat tanpa diragukan lagi adalah bahaya terbesar dari eksistensi dan kebangkitan kembali peradaban Islam. Buku Asad ini terbit pertama tahun 1934 dan telah ditejemahkan ke dalam berbagai bahasa. Buku kecil ini memberikan gambaran yang tajam tentang hakekat peradaban Barat yang disebut oleh Asad, sebagai peradaban yang memuja materi dan anti-agama (irrelegious in its very essence).

Jadi, kata Asad, penjiplakan kaum Muslim –baik secara individual maupun sosial – terhadap gaya hidup Barat tanpa diragukan lagi adalah bahaya terbesar dari eksistensi dan kebangkitan kembali peradaban Islam. Buku Asad ini terbit pertama tahun 1934 dan telah ditejemahkan ke dalam berbagai bahasa. Buku kecil ini memberikan gambaran yang tajam tentang hakekat peradaban Barat yang disebut oleh Asad, sebagai peradaban yang memuja materi dan anti-agama (irrelegious in its very essence).

Lihatlah nilai-nilai peradaban Barat yang kini menyerbu rumah-rumah kita melalui media hiburan. Film-film, lagu, sinetron yang dijejalkan kepada generasi muda kita dipenuhi dengan urusan seputar syahwat jasadiah, baik menyangkut makanan maupun urusan seksual. Peradaban ini sangat mengagungkan unsur-unsur fisik. Jangan heran, jika dalam peradaban ini, wanita lebih dihargai karena unsur-unsur fisiknya. Kontes nyanyi dan loma kecantikan menjadi upacara yang sangat diagungkan, disiarkan ke seluruh penjuru dunia, tanpa peduli urusan moral.

Dalam kontes-kontes kecantikan seperti itu, setiap jengkal tubuh wanita diukur, ditelaah, dan dinilai untuk selanjutnya dipaparkan kepada publik. Bahwa si A memiliki tubuh terseksi di dunia. Media-media hiburan sibuk membuat ranking tentang wanita yang memiliki tubuh terindah. Bahkan, konon di suatu negara, ada majalah yang khusus menyajikan berita seputar alat kelamin wanita. Kata mereka, semua itu adalah ekspresi keindahan. Semua itu tidak ada hubungannya dengan pornografi, tetapi ekspresi seni.

Salah satu buah dari reformasi di Indonesia adalah kebebasan dalam kontes-kontes kecantikan. Sudah beberapa tahun, Putri Indonesia senantisa tampil dalam acara pemilihan Miss Universe. Meskipun harus tampil secara vulgar dalam pakaian bikini, kontes seperti itu tetap dilakukan, dan televisi di Indonesia pun berlomba menyiarkan acara tersebut. Tidak ada rasa malu lagi untuk tampil dengan membuka aurat. Tujuan utamanya tentu saja adalah untuk mendapatkan penghargaan sebagai ”Ratu Kecantikan”.

Dengan cara itu, mungkin mereka ingin membuktikan, bahwa ternyata wanita Indonesia tidak kalah cantiknya dengan wanita negara lain? Lalu untuk apa? Katanya, untuk pariwisata. Biar turis mau datang. Biar diakui, bahwa negara Indonesia banyak wanita cantik. Setelah itu?

Aneh! Inikah negara yang mayoritas penduduknya Muslim? Inikah negara yang menginginkan mendapat berkah dari Allah? Beginikah cara memajukan bangsa yang sedang terpuruk? Naif! Naif sekali! Akal yang sederhana pun tahu, bahwa bangsa ini akan bangkit jika rakyatnya mau belajar dan bekerja keras. Bangsa ini memerlukan pemimpin yang berani berpikir besar dan berani melakukan tindakan besar, bukan dengan mengirimkan wanita untuk mengumbar aurat di kontes ratu kecantikan. Para ulama sudah berteriak-teriak minta agar acara semacam itu dihentikan. Tetapi, pemerintah diam saja. DPR diam saja. Barangkali takut dikecam media. Takut dibilang kolot. Takut dibilang sok-moralis. Takut dibilang melanggar HAM. Memang, di alam reformasi dan kebebasan seperti ini, protes tidak dilarang, tetapi tidak perlu didengarkan.

Tokoh agama sudah teriak-teriak agar acara-acara yang menonjolkan unsur-unsur homoseksual dan lesbian dihentikan. Tetapi, protes itu pun dianggap angin lalu. Televisi tetap saja menayangkan tontonan seperti itu. Ulama sudah berteriak, hentikan tayangan judi via SMS. Tapi, TV pun tidak peduli. Jalan terus! Yang penting dapat untung! Para ulama juga tidak menyerah untuk mengimbau agar tayangan-tayangan klenik dihentikan. Tapi, seruan itu juga diangap sebagai angin lalu. Yang penting untung, yang penting dapat duit banyak. Yang penting, acaranya laku, iklan banyak. Tidak peduli, apakah tayangan itu merusak moral atau tidak; tayangan itu meruntuhkan sendi-sendi kekuatan bangsa atau tidak. Tidak peduli!

Sikap tidak peduli itu pula yang kini banyak menjangkiti banyak kalangan akademisi yang sudah tergila-gila untuk mem-Barat-kan Islam. Mereka tidak mau peduli dengan segala macam kritik. Banyak yang menganggap ini masalah remeh. Tidak peduli! Buku-buku yang merusak pemikiran Islam terus diterbitkan. Meskipun sudah diketahui sebagai buku yang salah. Tidak peduli!

Meskipun sudah berulangkali kita paparkan bahaya pemikiran liberal gaya Nasr Hamid Abu Zaid, tetap saja mereka menganggap kritikan itu sebagai angin lalu. Tidak peduli! Meskipun paham multikulturalisme sudah kita kritik, tetap saja paham itu disebarkan ke tengah masyarakat. Tidak peduli! Meskipun sudah kita tunjukkan kekeliruan dalam penafsiran Al-Quran atau pun kita tunjukkan kekeliruan dalam mengungkap data-datanya, tetap saja tidak peduli. Berulangkali kita tunjukkan bahwa ada guru besar yang kerjaannya sebagai penghulu swasta dan mengawinkan pasangan beda agama, tetap saja para petinggi kampusnya tidak peduli. Meskipun tahu ada dosen yang kerjaannya mengkampanyekan kehalalan perkawinan sesama jenis, tetap saja hal itu dianggap sebagai ”wacana”. Tidak peduli!

Jika sikap tidak peduli semacam itu sudah mejangkiti para elite negeri ini, baik kalangan pemerintah maupun akademisi, apalagi yang bisa kita harapkan? Jika suami tidak peduli lagi apa yang dilakukan istrinya, apakah pantas dia disebut suami? Jika pemimpin negara tidak peduli dengan perilaku rakyatnya, apakah pantas dia disebut pemimpin negara? Jika guru tidak peduli dengan perilaku siswanya, apakah pantas dia disebut sebagai guru? Jika cendekiawan dan ulama sudah tidak peduli dengan perilaku umatnya, apakah pantas dia disebut cendekiawan atau ulama?

Dalam tradisi peradaban Barat, seseorang dibiasakan untuk tidak peduli dengan kemunkaran dalam soal aqidah dan pemikiran. Mereka hanya peduli dalam soal-soal yang fisik, karena Barat memang peradaban yang sangat memuja materi. Mereka tidak peduli dengan urusan agama. Mereka sangat peduli dengan urusan korupsi dan kerusakan lingkungan, tetapi tidak peduli apakah seseorang beriman atau kufur, apakah seorang berdosa atau tidak. Mereka tidak peduli dengan semua itu! Yang penting masyarakat menjalankan ketertiban atau tidak. Itu yang mereka peduli.

Karakter masyarakat seperti itu tentu berbeda dengan masyarakat Islam. Sebab, dalam pandangan Islam, urusan terpenting dalam kehidupan adalah masalah keimanan. Maka, tugas pemimpin negara – disamping menyejahterakan kehidupan rakyatnya – juga melindungi aqidah masyarakat. Karena itu, dalam pandangan Islam, tugas utama seorang pemimpin Islam justru melindungi dan menegakkan Tauhid. Sebab, inilah tugas utama para nabi. Kita sudah sering membahas, bagaimana azab Allah akan turun ketika umat Islam melalaikan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar.

Dalam kaitan soal kepedulian inilah, maka Allah pun sudah mengingatkan agar kita senantiasa menegakkan iman dan mengembangkan sikap kritis terhadap kaum Muslim dan terutama kepada para pemimpinnya. Kita sangat prihatin dengan masih adanya gejala kultus di antara sebagian kalangan Muslim terhadap tokoh dan pemimpinnya. Mereka tidak peduli, apakah pemimpinnya itu keliru atau tidak. Bahkan, mereka sudah meletakkan nasibnya di dunia dan akhirat kepada sang pemimpin. Padahal, pemimpin itu bukan nabi, dan mungkin saja keliru dalam pemikiran dan kebijakan yang diambilnya.

Karena sikap kultus itu sudah begitu membudaya, sampai-sampai ada yang marah-marah jika pemimpinnya dikritik. Ada yang marah karena Amin Rais dikritik; ada pula yang tidak terima ketika Nurcholish Madjid dikritisi pemikirannya; dan ada yang tidak terima jika Abdurrahman Wahid dikritik. Tidak sedikit yang menjadi fanatik kepada seorang tokoh atau kelompoknya melebihi fanatiknya kepada Islam itu sendiri, sehingga dia sangat marah ketika kelompok atau pemimpinnya dikritik. Meskipun sang pemimpin jelas-jelas salah, dia tidak mau mengritiknya dan berusaha keras menutupinya, supaya pemimpin dan kelompoknya tidak jatuh martabat.

Sikap kultus seperti ini tidak mendidik masyarakat. Rasulullah saw sama sekali tidak mencontohkan sikap semacam itu. Berkembangnya tradisi ilmu senantiasa diikuti dengan budaya kritis di tengah masyarakat, meskipun sikap kritis itu tetap berpijak kepada adab. Budaya kultus dan taqlid yang membabi buta justru bukan hanya merugikan masyarakat, tetapi juga akan merugikan sang pemimpin sendiri.

Pada tahun 2008 ini, misalnya, terbit sebuah buku berjudul ”99 Keistimewaan Gus Dur.” Dalam kata pengantarnya untuk buku ini, Muhaimin Iskandar menulis, bahwa :

”Sebagai pemimpin, Gus Dur mampu mengawal, mendampingi dan mengayomi masyarakatnya menuju proses pembentukan kemandirian dan kehidupan yang demokratis.” Masih menurut Muhaimin, ”Gus Dur merupakan bagian dari kekayaan yang dimiliki bangsa ini yang patut diteladani oleh siapa pun yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap persoalan-persoalan umat.”



Tentu saja, kata pengantar Muhaimin itu dibuat sebelum dia dipecat oleh Abdurrahman Wahid sebagai ketua umum PKB. Pujian setinggi langit juga diberikan oleh Prof. Dr. KH Said Aqiel Siradj, M.A, dalam pengantarnya untuk buku ini. Aqiel mengisahkan, bahwa :

Gus Dur mampu mengenali seorang waliyullah. Suatu ketika, Gus Dur menemui seorang yang penampilannya sangat sederhana layaknya seorang ”gembel”. Ternyata, menurut Aqiel Siraj, yang ditemui Gus Dur itu adalah seorang wali yang sedang menyamar. Begitu ketemu, Gus Dur minta didoakan oleh orang tersebut. Aqiel menulis: ”Rupanya, Gus Durlah yang berhasil menyingkap sosok waliyullah tersebut. Sementara kewalian itu hanya diketahui oleh diri sendiri dan Allah.”

Jadi, dengan cerita itu, apakah berarti Abdurrahman Wahid adalah seorang waliyullah? Wallahu a’lam. Hanya Allah yang tahu.

Salah satu dari 99 keistimewaan Abdurrahman Wahid yang disebutkan dalam buku ini adalah kegigihannya dalam membela kaum tertindas. Contoh kaum tertindas yang dibela Abdurrahman Wahid adalah Ahmad Dani, Inul Daratista, kelompok Ahmadiyah, Tabloid Monitor, dan sejenisnya.

Kita bisa bersikap kritis terhadap posisi Abdurrahman Wahid dalam soal-soal tersebut. Benarkah Inul merupakan seorang wanita yang tertindas? Benarkah Ahmad Dhani termasuk kaum yang tertindas? Dan sebagainya. Jika Inul dikatakan sebagai makhluk tertindas, bagaimana dengan ribuan ibu-ibu dan anak-anak yang ditindas oleh berbagai tayangan TV yang merusak moral? Mereka tertidas, dan mereka tidak berdaya. Inul justru bergelimang harta dan dibela habis-habisan oleh kekuatan industri hiburan yang sangat fasis. Kita pun bisa bertanya, dimana posisi Abdurrahman Wahid dalam kasus penindasan rakyat Palestina, di posisi Israel atau rakyat Palestina? Mengapa dia lebih memilih bersahabat dengan Shimon Peres?

Kita maklum, bahwa para pendukung seorang tokoh kadangkala membuat pemaparan yang mengagungkan sang tokoh. Ketokohan Abdurrahman Wahid tidaklah diragukan. Banyak keistimewaan dimilikinya. Karena itulah, ketika akan mendeklarasikan Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), para kyai senior di NU pun seperti merasa perlu menerbitkan sebuah buku kecil berjudul ”9 Alasan Mengapa Kiai-kiai tidak (lagi) bersama Gus Dur.”

Kita tunggu saja akhir dari semua ”permainan” semacam ini. Kita yakin, Allah Maha Tahu apa yang sebenarnya terjadi. Allah tahu siapa yang benar dan siapa yang dusta. Pasti akan ada balasan untuk masing-masing. Para tokoh itu akan mempartanggungjawabkan perbuatannya sendiri kepada Allah SWT. Kita pun demikian. Di akhirat nanti, mereka akan berlepas tangan, dan tidak mau menanggung dosa-dosa kita.

Yang penting, kita tetap diwajibkan berdakwah dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Mudah-mudahan, kita tidak termasuk golongan orang-orang yang tidak tahu dan tidak peduli dengan berbagai persoalan umat. Sebab, kata Rasulullah saw, barangsiapa yang bangun pagi dan tidak peduli dengan urusan umat, maka dia bukan bagian dari umat Islam. Wallahu a’lam.

Dicopy dari SwaraMuslim/saya sangat tertarik sekali dengan artikel ini, mengingat betapa kacaunya keadaan bangsa kita saat ini.

Read more...

About This Blog

CHAT


Free chat widget @ ShoutMix

  © Free Blogger Templates Cool by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP